Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan
dan pelayaranantara Asia dan Eropa. Hal ini menyangkut dua faktor utama, yaitu
letak geografis Indonesia yang berada pada jalur pelayaran Asia dan Eropa dan
barang yang diperdagangkan, terutama rempah-rempah, berasal dari Indonesia.
Rempah-rempah dari Maluku berupa Pala dan Cengkeh, pada
awalnya harus menempuh jalan yang bertahap-tahap dan memakan waktu lama sebelum
sampai pada pasaran di Eropa. Dahulu rempah-rempah diangkut dari Maluku Utara
ke Hitu dan Banda. Kemudian diangkut ke bagian barat Indonesia, yaitu ke
pelabuhan-pelabuhan pesisir Jawa, pantai timur Sumatera, dan Selat Malaka. Dari
Malaka dibawa ke India, terutama Gujarat yang melakukan hubungan dagang
langsung dengan Malaka.
Perjalanan rempah-rempah lebih ke barat lagi melalui Laut
Arab, ada dua jalan. Jalan pertama menuju ke teluk Oman melalui selat Ormuz
lalu ke Teluk Persia. Jalan kedua, melalui Teluk Aden, Laut Merah, dan Terusan
Suez, disambung perjalanan darat ke Kairo dan Iskandariah. Rempah-rempah
kemudian dibawa ke Aleppo yang merupakan pusat perdagangan penting di Eropa.
Pada tahun 1521, telah terbuka jalan laut yang menghubungkan
Indonesia (Maluku) dengan Eropa Barat. Hal ini dilakukan oleh Sebastian Del
Cano, yang membawa rempah-rempah langsung dari Tidore ke Eropa.
Pusat-pusat perdaganan di laut Tengah merupakan kawasan yang
sangat sibuk dan ramai, yang dikunjungi banyak orang dalam kegiatan perdagangan
dan pelayaran. Di kawasan Laut Tengah terdapat beberapa kota dan pelabuhan
dagang yang cukup besar, yaitu Konstantinopel, Iskandariyah, Venesia, Genoa, dan
Aleppo.
Pusat-pusat perdagangan di kawasan Laut Tengah ini erat
hubungannya dengan kota-kota dagang di sekitarnya. Kota-kota dagang tersebut
juga berhubungan dengan kotaa-kota dagang utama di Eropa Selatan, Eropa Utara,
maupun kota-kota pedalaman di Eropa. Di samping itu tidak jarang orang-orang
Eropa mendatangi langsung pusat-pusat perdagangan di Laut Tengah dalam rangka
mendapatkan rempah-rempah. Padahal rempah-rempah tersebut di datangkan dari
Asia.
Kesibukan dan keramaian di pusat-pusat perdagangan dan
pelayaran di kawasan Laut Tengah juga ditunjukkan ketika Bangsa Sumeria
berdagang menggunakan kereta kuda (karavan) melalui Asia barat ke pesisir Laut
Tengah. Juga saat barang-barang perdagangan yang berasal dari Eropa dan Afrika
Utara, diangkut ke pusat-pusat perdagangan di pantai Laut Tengah melalui
Mesopotamia dan Arabia.
Terkait hal-hal tersebut, maka pusat-pusat perdagangan dan
pelayaran di kawasan Laut Tengah ternyata mempunyai peranan yang sangat
penting, karena beberapa hal berikut.
·
Sebagai pintu gerbang penghubung
kegiatan perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa.
·
Sebagai pusat perdagangan yang
menyediakan dan memasok kebutuhan rempah-rempah untuk bangsa-bangsa Eropa
·
Sebagai kota persinggahan para pedagang
yang akan melanjutkan perjalanannya lebih lanjut.
·
Sarana tumbuhnya hubungan persahabatan
dan kerjasama antar kota-kota dagang.
Peran penting yang di sandang pusat-pusat perdagangan di
kawasan Laut Tengah berubah drastis ketika Konstantinopel dikuasai bangsa Turki
pada tahun 1453. Sejak saat itu bangsa Eropa menemui kesulitan untuk
mendapatkan barang-barang kebutuhan yang dulunya dipasok Konstantinopel.
Akibatnya mata rantai perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa yang
melalui Konstantinopel menjadi putus. Kemudian bangsa Eropa mencari terobosan
baru untuk menembus pusat-pusat perdagangan rempah-rempah di Asia. Bahkan
berusaha menembus langsung ke sumber penghasil rempah-rempah di Indonesia,
khususnya Maluku.
Secara Geografis, letak wilayah Indonesia berada pada posisi
silang, yaitu berada diantara dua benua (Benua Asia dan Benua Australia), dan
diapit oleh dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Letak
Indonesia pada garis Khatulistiwa, menyebabkan Indonesia mempunyai curah hujan
yang cukup dan sinar matahari sepanjang tahun. Kondisi alam ini telah
melimpahkan kesuburan tanah di seluruh nusantara sehingga dapat menghasilkan
rempah-rempah yang sangat dibutuhkan bangsa lain, terutama bagi Asia dan Eropa.
Ditambah dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah-ruah, menyebabkan
timbulnya daya tarik yang luar biasa bagi bangsa-bangsa di belahan dunia ini.
Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perdagangan dan pelayaran yang dilaksanakan oleh berbagai bangsa di belahan
bumi ini, terutama bangsa-bangsa yang tinggal dikawasan Asia dan Eropa. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan keberadaan Indonesia menjadi penting bagi
perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa yaitu sebagai berikut:
1.
Kondisi geografis Indonesia sangat
strategis karena dilewati jalur perdagangan dan pelayaran antara Asia dan
Eropa. Jalur laut yang lebih dikenal dengan nama Jalur Selatan, melalui sebelah
Selatan Asia. Jalur ini dimulai dari Cina, melalui perairan Indonesia dan Selat
Malaka, menuju ke India. Jalur kemudian terpecah dua, satu ke Teluk Persia
melalui Syiria menuju Mediterania, dan akhirnya sampai Mediterania dan Eropa.
2.
Kekayaan alam Indonesia menghasilkan
barang dagangan yang di butuhkan di Eropa. Rempah-rempah dari Maluku sangat
dibutuhkan di Eropa sehingga pelayaran melalui perairan Indonesia sambil
membawa rempah-rempah dari Maluku untuk di perdagangkan di Eropa.
3.
Faktor keamanan, jalur perdagangan dan
pelayaran yang melewati perairan Indonesia relatif lebih aman, dengan ombak
yang tidak begitu besar.
4.
Indonesia merupakan mata rantai jalur
perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa yang keberadaannya sangat
dibutuhkan.
Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia
Rempah-rempah yang diperdagangkan ke Eropa yang berasal dari
Indonesia (Maluku), harganya sangat tinggi karena sudah melalui beberapa
tangan. Padahal harga yang sebenarnya ditempat asalnya sangat murah. Oleh
karena itu, orang-orang Eropa ingin mengambil dari tempat asalnya secara
langsung.
Keinginan untuk mendapat rempah-rempah langsung dari
produsennya atau dari tempat asalnya, telah mengundang para pedagang Eropa ke
Maluku. Kemudian Indonesia mencari incaran para pedagang dari Portugis, Spanyol,
Inggris, dan Belanda. Kedatangan orang-orang Eropa ke Indonesia tidak sekedar
berdagang, tetapi ada keinginan lain, yaitu mengambil alih kendali perdagangan
dan menguasainya. Pada saat itu, di Indonesia sudah berdiri sejumlah kerajaan
Islam, yang tersebar di daerah Kalimantan, Sumtera, Jawa, Sulawesi dan Maluku.
Para penguasanya sekaligus berdagang dan memegang kendali perdagangan rempah-rempah
di wilayah masing-masing. Dengan datangnya bangsa Eropa ke Indonesia, dengan
tujuan yang tidak diinginkan, jelas menimbulkan konflik yang berkepanjangan,
yang tidak pernah terjadi sebelumnya, yaitu ketika bangsa Indonesia menjalin
hubungan dagang dengan Cina, India, ataupun Arab.
Setelah jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453, bangsa
Eropa yang paling terkena dampak buruknya berupa kesulitan ekonomi adalah
bangsa Portugis dan Spanyol. Kemudian bangsa Portugis dan Spanyol mengadakan
penjelajahan samudera untuk mencari kekayaan dan menggelar jajahan. Selanjutnya
diikuti oleh bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu Inggris dan Belanda.
Faktor-faktor yang mendorong bangsa-bangsa Eropa, melakukan
penjelajahan samudera menuju kedunia Timur, termasuk Indonesia adalah sebagai
berikut.
1.
Kisah perjalanan Marcopolo (1254-1324)
seorang pedagang dari Venesia, Italia ke Cina yang dituangkan dalam buku Book
Of Various Experiences mengisahkan tentang keajaiban dunia atau Imago Mundi.
2.
Jatuhnya Konstantinopel, ibukota Romawi
Timur ke tangan kesultanan Turki pada tahun 1453 menyebabkan putusnya hubungan
dagang ke dunia Timur. Bangsa Barat berusaha mencari jalan sendiri ke pusat
rempah-rempah di Asia.
3.
Adanya semangat penaklukan terhadap
orang-orang yang beragama Islam serta membuat daerah-daerah kekuasaan yang
dimiliki kerajaan-kerajaan Islam tersebut.
4.
Penemuan Copernicus yang didukung oleh
Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. Pendapat ini memperkuat
keberanian para pelaut, karena orang yang berlayar ke dunia Timur tidak akan
tersesat. Semakin ke Timur akan sampai ke tempat semula.
5.
Ingin memperoleh keuntungan dan
kekayaan sebanyak-banyaknya.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia membawa akibat
dan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kehidupan masyarakat,
kebudayaan, dan pemerintahan, karena ternyata kedatangan mereka tidak sekedar
berdagang, namun sebagai penjajah.
1. Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tiga
tujuan sebagai berikut.
a.
Tujuan ekonomi, yaitu mencari
keuntungan yang besar dari hasil perdagangan rempah-rempah. Membeli dengan
harga murah di Maluku (Indonesia), lantas menjualnya dengan harga tinggi di
Eropa.
b.
Tujuan agama, yaitu menyebarkan agama
Nasrani.
c.
Tujuan petualangan, yaitu mencari
daerah jajahan.
Tujuan tersebut lebih dikenal dengan Gold, Glory, dan
Gospel.
a.
Gold, yaitu mencari emas dan mencari
kekayaan.
b.
Glory, yaitu mencari keharuman nama,
kejayaan, dan kekuasaan.
c.
Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan
agama Nasrani/Kristen.
Bangsa Portugis karena ingin mencapai tujuannya, segera
melakukan serangkaian kegiatan penjelajahan. Dibawah pimpinan Alfonso
d’Albuquerque, ia bersama armadanya berhasil menguasai Malaka pada tahun 1512
Portugis sudah berhasil menguasai Ternate, yaitu dengan mengadakan perjanjian
dengan kerajaan Ternate. Namun ternyata Spanyol sudah bersekutu dengan kerajaan
Tidore. Akhirnya mereka bermusuhan.
Portugis dan Spanyol memang sama-sama ingin menguasai dunia.
Mereka sudah dua kali membuat kesepakatan, yang pertama tahun 1494 dengan
perjanjian Thordesillas, dan yang kedua tahun 1526 dengan Perjanjian Saragosa.
Perjanjian Saragosa yang dipimpin oleh Paus, membagi dunia
dalam dua wilayah kekuasaan.
·
Daerah di sebelah utara garis Saragosa
adalah penguasaan Portugis.
·
Daerah disebelah selatan garis Saragosa
adalah penguasaan Spanyol.
Dengan adanya kesepakatan tersebut, Spanyol tidak berhak
menguasai Tidore, dan harus segera kembali ke Filipina. Selanjutnya Portugis
dengan leluasa menguasai Maluku yang kaya akan rempah-rempah.
Setelah mendapat tempat dan berhasil menguasai Malaka dan
Maluku, Portugis berusaha mendapat tempat lagi di Sumatera yang merupakan
daerah penghasil lada terbesar. Namun usaha Portugis ini gagal, karena Kerajaan
Aceh terlalu kuat dan pengawasan yang sangat ketat terhadap semua wilayah
kekuasaannya.
Di Pulau Jawa, Portugis diterima dengan baik hanya di
Pasuruan dan Blambangan saja, selebihnya dibawah pengaruh Demak yang tidak
begitu senang terhadap Portugis. Di tempat lain di nusantara, Portugis hanya berhasil
menetap di Timor saja.
2. Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia
Tujuan kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan
tujuan bangsa Portugis, yaitu mencari kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan
mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8 November 1521, kapal dagang Spanyol
berlabuh di Maluku, setelah melalui Filipina, Kalimantan Utara, kemudian
langsung ke Tidore. Disini Bangsa Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore.
Namun Portugis yang ada di Ternate merasa terancam dan tidak mau disaingi
sesama bangsa Eropa, yang dianggap akan menganggu monopolinya. Kemudian mereka
bersengketa, dan dibuatlah perjanjian di Saragosa pada tahun 1526, yang
menyebabkan Spanyol harus meninggalkan Tidore.
3. Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia
Inggris mendirikan kongsi dagang yang diberi nama East
Indian Company (EIC) pada tahun 1600. Pemerintah Inggris memberikan hak-hak
istimewa kepada EIC. Pada abad ke-18 para pedagang Inggris juga sudah banyak
yang berdagang di Indonesia. Bahkan sejak Belanda menjadi sekutu Perancis,
Inggris selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia.
Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil
merebut seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia. Raffles yang diangkat menjadi
pemimpin Inggris atas wilayah Indonesia, memberikan kesempatan pada penduduk
Indonesia untuk melaksanakan perdagangan bebas. Namun kekuasaan Inggris tetap
bersifat menindas bangsa Indonesia.
4. Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia
Perang antara Belanda melawan Spanyol selama 80 tahun
(1568-1648) telah mendorong Belanda untuk mencari daerah jajahan ke Nusantara.
Tujuan Belanda datang ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa-bangsa Eropa
lainny, yaitu mencari kekayaan, monopoli perdagangan, dan mencari daerah
jajahan.
Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di
bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten.
Namun kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap
kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck
pada tahun 1598.
Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi
dagang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), dengan tujuan sebagai
berikut.
a.
Menghilangkan persaingan yang merugikan
para pedagang Belanda.
b.
Menyatukan tenaga untuk menghadapi
persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia.
c.
Mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol.
VOC menerapkan beberapa aturan yang harus dilaksanakan oleh
Indonesia. Bentuk-bentuk aturan paksa VOC yang diterapkah di Indonesia tersebut
sebagai berikut.
a.
Monopoli dagang.
b.
Pajak yang harus dibayar dengan hasil
bumi.
c.
Penjualan paksa hasil bumikepada VOC.
d.
Pelayaran Hongi, yaitu wajib mendayung
perahu VOC di perairan Maluku.
e.
Aksi penebangan tanaman rempah-rempah
milik rakyat.
f.
Wajib menanam kopi diwilayah rakyat
Priangan.
g.
Wajib menyerahkan upeti berupa hasil
bumi kepada kepala daerah yang telah menandatangani perjanjian dengan VOC.
Perkembangan masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan pada
Masa Kolonial Eropa
Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia, mulai dari Portugis,
Spanyol, Inggris, dan Belanda, sebenarnya yang paling lama dan menyeluruh serta
berpengaruh terhadap seluruh kehidupan bangsa Indonesia, baik perkembangan
masyarakatnya, kebudayaan, maupun pemerintahan, adalah ketika masa Kolonial
Belanda. Namun bukan berarti yang lain tidak membawa dampak sama sekali. Semua
banagsa Eropa yang datang ke Indonesia, sebenarnya tidak ada yang
menguntungkan, karena memang tidak ada kerjasama. Jika berbaik hati, imbalannya
terlalu mahal dan hanya menguntungkan mereka saja.
1. Masa kolonial Portugis
Meskipun salah satu tujuan Portugis datang ke Indonesia
adalah untuk mencari daerah jajahan, namun tujuan tersebut tidak dapat
dikatakan berhasil. Portugis hanya dapat menguasai Ternate. Di Ternate bangsa
Portugis berusaha merebut perdagangan cengkeh dan pala. Di daerah Maluku
Portugis berusaha menanamkan kekuasaanya. Namun hampir semua masyarakat menolak
kehadirannya, karena sikap Portugis yang sombong. Dengan segala kekuasaannya,
Portugis bertindak sewenang-wenang dan bertindak kejam terhadap rakyat. Akhirnya
terjadi pertentangan antara rakyat Maluku dengan Portugis. Setelah rakyat sadar
mereka segera mengusir Portugis dari Maluku. Selama di Indonesia, Portugis pun
gagal mempengaruhi Aceh.
Selama zaman kolonial Portugis di Indonesia, Portugis
meninggalkan bekas-bekasnya, di dalam kebudayaan Indonesia. Kebudayaan rohani
yang ditinggalkan berupa penyebaran agama katolik di Ambon. Banyak masyarakat
Ambon yang akhirnya memeluk agama Katolik ini terlihat dari nama-nama yang
meniru nama-nama bangsa Portugis, seperti De Fretes, Lopies, dan Diaz. Bangsa
Portugis juga meninggalkan benda-benda yang akhirnya dianggap keramat oleh
bangsa Indonesia seperti meriam-meriam yang terkenal dengan nama Nyai Setomi di
Solo, Si Jagur di Jakarta, dan Ki Amuk di Banten.
2. Masa Kolonial Spanyol
Sebagaimana bangsa Portugis, Spanyol hanya berhasil
mempengaruhi Kerajaan Tidore saja, itupun tidak lama karena setelah masyarakat
Ternate dan Tidore bersatu, Spanyol juga diusir dari Maluku. Perkembangan
masyarakat, kebudayaan, maupun pemerintahan, sangat kecil pengaruhnya karena
masing-masing kerajaan yang ada tetap berjalan sebagaimana biasanya, tanpa
terpengaruh kedatangan Spanyol ke Indonesia. Terlebih karena adanya perbedaan
agama, semakin membuat jarak diantara bangsa Indonesia dan Spanyol.
3. Masa Kolonial Inggris
Monopoli dagang yang di programkan oleh EIC, tidak sempat
berkembang di Indonesia, karena Inggris segera terdesak oleh Belanda dengan
kongsi dagangnya VOC. Meskipun hal tersebut terjadi pada awal mula bangsa Eropa
masuk ke Indonesia, namun beberapa ratus tahun kemudian Inggris pernah menjajah
Indonesia ketika zaman Belanda. Saat itu Inggris dibawah pimpinan Gubernur
Jenderal Raffles.
Perkembangan masyarakat pada masa Raffles lebih baik
dibandingkan pada saat kepemimpinan Daendels, sebab Raffles sangat
memperhatikan mesyarakat. Daendels adalah Gubernur Jenderal Belanda atas
wilayah Indonesia. Meskipun hanya beberapa tahun memerintah di Indonesia namun
nama Raffles telah diabadikan sebagai nama bunga, yaitu bunga Rafflesia
Arnoldi.
Tindakan yang dilakukan Raffles pada masa pemerintahannya
adalah membagi daerah Jawa atas 16 daerah karesidenan, dengan tujuan
mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang
dikuasainya. Di samping itu, Raffles juga membentuk susunan baru dalam
pengadilan yang didasarkan pada pengadilan Inggris. Setelah Raffles selesai
bertugas di Indonesia dan ditarik kembali ke Inggris, pemerintahan Indonesia
kembali ke pangkuan penjajah Belanda.
4. Masa Kolonial Belanda
Semenjak Belanda menginjakkan kakinya ke bumi Indonesia pada
tahun 1596, kemudian mereka mendirikan kongsi dagang yang diberi nama VOC,
berarti Indonesia sudah mulai di jajah oleh Belanda.
Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan beranggotakan 17 orang berkedudukan
di Amsterdam. Oleh pemerintah Belanda, VOC diberi oktroi (hak-hak istimewa)
sebagai berikut.
a.
Dianggap sebagai wakil pemerintah
Belanda di Asia.
b.
Monopoli perdagangan.
c.
Mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
d.
Mengadakan perjanjian dan melakukan perang
dengan negara lain.
e.
Menjalankan kekuasaan kehakiman dan
melakukan pemungutan pajak.
f.
Memiliki angkatan perang sendiri.
g.
Mengadakan pemerintahan sendiri.
Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlah
Gubernur Jenderal VOC antara lain sebagai berikut.
a.
Pieter Both, yaitu Gubernur Jenderal
VOC pertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.
b.
Jan Pieterzoon Coen, yaitu Gubernur
Jenderal VOC kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta
(Batavia).
Timbulnya masalah keuangan yang dialami Belanda, mendorong
Belanda mengirim Johannes Van Den Bosch ke Indonesia dengan tugas meningkatkan
penerimaan negara. Van Den Bosch mengeluarkan peraturan tanam paksa (cultuur
stelsel) di Indonesia untuk menambah penerimaan negaranya.
Tanam paksa adalah peraturan yang mewajibkan setiap desa
untuk menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor,
khususnya komoditi tebu, kopi, dan nila. Hasil tanaman ini akan dijual kepada
pemerintah kolonial dengan harga yang sudah di pastikan dan hasil panen
diserahkan kepada pemerintah kolonial juga. Penduduk desa yang tidak memiliki
tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik
pemerintah yang menjadi semacam pajak. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras
dan kejam dibanding sistem monopoli VOC. Aset tanam paksa inilah yang
memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman keemasan kolonialis liberal
Hindia Belanda pada tahun 1835 hingga 1940. Kerasnya sistem tanam paksa,
akhirnya memunculkan politik etis atau politik balas budi. Politik etis adalah
suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung
jawab moral bagi kesejahteraan pribumi, pemikiran ini merupakan kritik terhadap
politik tanam paksa.
Munculnya kaum etis yang dipelopori oleh Pieter Brooshooft
(wartawan koran De Locomotief) dan Conrad Theodor Van Deventer (politikus)
ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para
pribumi yang terbelakang. Ratu Wihelmina menuangkan panggilan moral tersebut ke
dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias Politika.
Program Trias Politika meliputi
a.
Irigasi, yaitu membangun dan
memperbaiki pengairan dan bendungan untuk pertanian
b.
Emigrasi, yaitu mengajak penduduk untuk
transmigrasi,
c.
Edukasi, yaitu memperluas bidang
pengajaran dan pendidikan.
Dari ke tiga program tersebut, hanya edukasi yang berarti
bagi Indonesia, dunia pendidikan dan pengajaran menjadi berkembang dengan
berdirinya sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang
hampir merata di daerah-daerah.
Perkembangan masyarakat selama penjajahan yang beratus-ratus
tahun itu berlangsung secara statis, tidak ada perkembangan atau kemajuan.
Masyarakat memang sengaja di bodohkan atau tidak diberi kesempatan untuk tidak
bodoh, tidak miskin, dan tidak terbelakang. Dalam kehidupan yang serba
tertekan, kehidupan masyarakat yang sangat ketinggalan dan jauh dari kehidupan
layaknya manusia, menyebabkan tidak adanya perkembangan kebudayaan. Apa saja
yang muncul senantiasa dibinasakan oleh penjajah Belanda.
Terlebih masalah pemerintahan, begitu liciknya Belanda dalam
mengabadikan pencengkraman penjajahannya di Indonesia. Segala cara dilakukan,
terutama dalam memecah belah persatuan dan kesatuan. Bangsa ini tercabik-cabik
dan tidak mempunyai kesempatan untuk melepaskan diri dari cengkeramannya. Namun
setelah saatnya tiba dengan segala pengorbanan dan perjuangan, kesempatan
datang, dan kita dapat menjadi bangsa yang merdeka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar