Pengertian dari Peta, Atlas, dan Globe



1. Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh wilayah di permukaan bumi dengan berbagai kenampakannya pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Ilmu yang mempelajari tentang Peta disebut Kartografi.
Sedangkan orang/ahli pembuat Peta disebut Kartografer. Syarat Peta yang baik secara umum sebagai berikut:
a.       Konform, yaitu bentuk Peta yang digambar harus sebangun dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
b.      Ekuidistan, yaitu jarak di Peta jika dikalikan dengan skalanya harus sama dengan jarak sebenarnya di lapangan.
c.       Ekuivalen, yeitu daerah atau bidang yang digambar di Peta setelah diperhitungkan dengan skalanya, harus sama dengan keadaan sebenarnya di lapangan.

Peta dapat dibedakan berdasarkan isi, bentuk, dan skalanya.
a.       Peta berdasarkan isinya, dapat dibedakan sebagai berikut :
1)      Peta umum
Peta umum adalah peta yang menggambarkan seluruh kenampakan dipermukaan bumi, baik berupa kenampakan alam, maupun kenampakan budaya. Kenampakan alam dapat berupa sungai, danau, laut, maupun bentang lahan. Kenampakan budaya dapat berupa jalan raya, jalan kereta api, pemukiman, dan sebagainya.
Peta umum dapat dibedakan sebagai berikut:
a)      Peta Dunia, yaitu Peta yang berfungsi memberikan informasi letak dan bentuk wilayah setiap negara di dunia.
b)      Peta Korografi, yaitu Peta yang memberikan gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bercorak umum dan berskala kecil.
c)       Peta Topografi, yaitu Peta yang memberikan gambaran tentang permukaan bumi dan reliefnya.
2) Peta Khusus
Peta khusus adalah Peta yang didalamnya hanya menggambarkan satu aspek dari gejala di permukaan bumi. Peta ini disebut juga sebagai Peta tematik karena hanya menggambarkan tema tertentu yang ada di permukaan bumi. Contoh dari Peta tematik adalah Peta kepadatan penduduk, Peta penggunaan lahan, Peta persebaran hasil tambang, Peta jaringan jalan, dan sebagainya.
b.      Peta berdasarkan bentuknya, dapat dibedakan sebagai berikut:
1.       Peta datar (peta planimetri)
Peta datar adalah peta yang dibuat pada bidang datar, seperti kertas, kain, kanvas, maupun triplek. Perbedaan kenampakan di daratan maupun di lautan digambarkaan dengan menggunakan perbedaan warna atau simbol lain.
2)      Peta timbul (peta relief)
Peta timbul atau peta relief adalah peta yang dibuat sesuai dengan bentuk sebenarnya di permukaan bumi. Peta ini dibuat secara tiga dimensi sehingga gunung dapat menjulang, sedangkan dataran rendah dan lembah nampak di bawahnya.
3)      Peta digital
Peta digital adalah peta yang dibuat dengan alat bantu komputer. Data dalam penggambaran peta disimpan dalam suatu disket, CD, atau hard disk. Gambar peta ditayangkan melalui monitor komputer. Program yang digunakan dalam penggambaran peta ini dapat menggunakan program map info dan arc info.

c. Peta berdasarkan skalanya, dapat dibedakan sebagai berikut:
1)      Peta kadaster, yaitu peta yang mempunyai skala 1: 100 sampai 1 : 5.000. Peta ini biasanya digunakan untuk menggambarkan peta tanah atau peta dalam sertifikat tanah.
2)      Peta skala besar, yaitu peta yang mempunyai skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan wilayah yang relatif sempit, misalnya peta kelurahan dan kecamatan.
3)      Peta skala menengah, yaitu peta yang mempunyai skala 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan daerah yang agak luas, misalnya peta provinsi.
4)      Peta skala kecil, yaitu peta yang mempunyai skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000. atau lebih. Peta ini digunakan untuk menggambarkan daerah yang relatif luas, misalnya peta negara, benua, bahkan dunia. Besar kecilnya peta ditentukan oleh besar kecilnya skala yang digunakan. Semakain besar angka pembandingannya, berarti skala peta itu semakin kecil.

Untuk dapat membaca dan menafsirkan sebuah peta, terlebih dulu kita harus mengetahui makna dari setiap unsur-unsur pada peta. Unsur-unsur peta meliputi judul peta, simbol, legenda, garis astronomis, skala, arah mata angin, nama tempat, dan inset peta.
a.       Judul peta
Saat kita pertama kali membaca sebuah peta, tentulah kita terfokus pada judul peta tersebut. Judul peta menggambarkan daerah atau negara mana yang ada dalam peta.
b.      Simbol peta
Pada peta akan ditemui gambar-gambar berupa simbol yang mewakili kenampakan yang ada di permukaan bumi.
1)      Kenampakan hipsografi
Kenampakan relief merupakan nama lain kenampakan hipsografi. Kenampakan ini  berupa bentang alam daratan, seperti pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, bukit, lembah, dan lain-lain. Untuk menunjukkan kenampakan hipsografi pada peta digunakan simbol warna, yaitu warna cokelat. Kriteria ketinggian tempat pada setiap peta kadangkala berbeda-beda sehingga kita harus terlebih dahulu melihat keterangan yang tertera pada legenda peta tersebut.
Contoh penggolongan warna berdasarkan kenampakan hipsografi sebagai berikut:

Hijau tua
Hijau muda
Kuning
Cokelat muda
Cokelat tua
Cokelat sangat tua
Putih

0 m – 200 m
200 m – 500 m
500 m – 1000 m
1.000 m – 2.000 m
2.000 m – 3.000 m
3.000 m – 4.000 m
> 4.000 m


2)      Kenampakan hidrografi
Hidrografi, yaitu bentuk muka bumi berupa perairan, seperti lautan, laut, selat, teluk, sungai, danau, dan sebagainya. Nama-nama perairan dalam peta biasanya ditulis dengan menggunakan huruf miring (italic). Sedangkan sebagai simbol kedalaman dari perairan tersebut ditunjukkan oleh warna biru yang bertingkat-tingkat, mulai dari warna biru keputih-putihan (biru sangat muda), biru muda, biru, biru tua, sampai biru kehitaman. Tingkat warna itu disesuaikan dengan kedalaman perairan tersebut. Pada setiap peta kadangkala terdapat perbedaan penggolongan warna biru. Hal ini disesuaikan dengan besar gambar dan tujuan pembuatan peta tersebut. Contoh penggolongan warna berdasarkan kedalaman perairan, dapat kita lihat seperti berikut:
Biru keputih-putihan
Biru muda
Biru tua
Biru kehitaman
0 m – 200 m
200 m – 2.000 m
2.000 – 4.000 m
> 4.000 m


3)      Kenampakan buatan manusia
Pada peta, kenampakan buatan manusia, seperti jalan, rel kereta api, kota, bangunan, dan lain-lain. Menggunakan warna merah atau warna hitam dipadu dengan simbol garis dan titik. Warna merah digunakan untuk kenampakan kota atau jalan, sedangkan warna hitam sering digunakan untuk menunjukkan bangunan, dam, dan lain-lain. Selain itu terdapat simbol-simbol khusus untuk menunjukkan kenampakan-kenampakan lainnya, seperti menggunakan bentuk mini dari kenampakan tersebut. Kenampakan rumah sakit diberi simbol palang merah (redcross) atau tempat tidur, warung makan atau restoran disimbolkan dengan gambar sendok garpu, kota pelabuhan dengan gambar menara, dan sebagainya.
4)      Kenampakan vegetasi
Warna hijau merupakan simbol warna yang digunakan untuk menunjukkan kenampakan vegetasi secara umum. Kenampakan vegetasi secara khusus pada satu jenis vegetasiditunjukkan oleh simbol gambar vegetasi yang bersangkutan.
5)      Kenampakan khusus
Kenampakan khusus adalah kenampakan pada peta yang menggambarkan suatu tema tertentu. Misalnya, peta persebaran hewan di dunia, peta pertambahan penduduk, peta hasil pertanian di suatu daerah, peta curah hujan, peta geologi, peta jenis tanah, dan lain-lain. Peta-peta dengan tema-tema khusus ini disebut juga peta tematik. Pada peta tematik simbol-simbol yang digunakan adalah simbol-simbol khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan peta tersebut. Jadi, pada peta ini kamu dapat menggunakan simbol apapun yang dapat mewakili kenampakan sebenarnya di lapangan dan di sesuaikan dengan tujuan pembuatan peta. Misalnya simbol grafik dan diagram bisa digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan penduduk dan hasil panen pertanian di suatu daerah. Simbol kode dalam bentuk huruf dan angka atau kombinasi dari huruf dan angka juga dapat digunakan sebagai keterangan. Misalnya, pada peta klasifikasi tanah pada suatu wilayah diberi kode Pd18ht yang artinya Pd, yaitu jenis tanah Podsolik, 18 mewakili kemiringan lereng 18 persen, dan ht menunjukkan daerah tersebut dalam bentuk hutan.
c.       Garis astronomis
Untuk dapat membaca simbol yang terdapat dalam peta kita menggunakan keterangan simbol yang tercantum dalam legenda. Legenda umumnya terdapat pada kotak bagian bawah dari peta.
d.      Legenda
Letak suatu objek dipermukaan bumi dapat ditunjukkan melalui peta dengan mudah. Namun demikian, untuk menjelaskan letak suatu objek secara tepat sulit di uraikan dengan kalimat.
Letak objek dipermukaan bumi berkaitan dengan koordinat geografi. Koordinat geografi ditentukan berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Di permukaan bumi ini letak geografi suatu objek tidak ada yang sama.
Garis lintang, adalah garis khayal yang menghubungkan dan melingkari belahan bumi, maka bola bumi terbagi menjadi belahan bumi utara 0° – 90° Lintang Utara (LU) dan belahan Bumi Selatan 0° – 90° Lintang Selatan (LS).
Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan antara kutub Utara dan kutub Selatan yang terbagi menjadi 0° – 180° Bujur Barat (BB) dan 0° – 180° Bujur Timur (BT). Kota Greenwich Inggris dilewati garis bujur 0°, sedangkan garis 180° BB dan BT melalui tengah samudera Pasifik, yang merupakan garis tanggal internasional.
Garis bujur 0° adalah garis  yang membagi bujur barat dan bujur timur yang melalui kota Greenwich (dekat London).  Semua perhitungan letak garis bujur berawal dari garis 0°  ini.
e.      Skala peta
Skala digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara jarak pada peta dan jarak sebenarnya pada permukaan bumi. Penghitungan skala dapat di tunjukkan melalui cara-cara berikut.
1)      Skala huruf
Pencantuman skala ini ditunjukkan dengan menggunakan kata dan angka.


2)      Skala garis
Pada perhitungan skala garis ditunjukkan dengan garis yang tertera beberapa angka dalam ukuran sentimeter dan ukuran pembandingnya, yaitu meter ataupun kilometer.
3)      Skala pembanding
Skala jenis ini merupakan jenis skala yang paling sering kita temukan pada peta. Skala perbandingan biasanya ditunjukkan dengan bentuk perbandingan angka, seperti 1 : 50.000 atau bisa juga dengan menggunakan angka pecahan, seperti 1/50.000. skala ini berarti bahwa setiap 1 cm pada jarak peta mewakili 50.000 km pada jarak sebenarnya.
f.        Arah mata angin
Arah mata angin digunakan sebagai tanda yang berfungsi untuk menunjukkan arah mata angin peta yang bersangkutan. Biasanya, tanda arah yang digunakan berbentuk panah yang mengarah ke utara. Tanda arah diletakkan di sebelah kanan atau kiri di bawah judul peta.
g.       Nama tempat
Setiap daerah yang terdapat dalam sebuah peta akan mencantumkan nama daerahnya untuk memudahkan pembacaan peta. Daerah pada peta biasanya dibatasi oleh garis atau titik-titik yang menunjukkan batas administratif dari daerah tersebut. Penulisan nama tempat pada peta biasanya menggunakan huruf gothic dan berbentuk kapital. Semakin kecil wilayah administratifnya maka penulisannya semakin kecil dan tidak menggunakan huruf kapital.
h.      Inset peta
Inset merupakan peta yang berukuran lebih kecil dari peta utama. Inset dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, inset yang berupa gambar lebih luas dari gambar utama. Inset jenis ini digunakan untuk menjelaskan letak daerah yang digambarkan terhadap wilayah sekitarnya. Kedua, inset dengan gambar yang lebih sempit yang digunakan untuk memperjelas bagian wilayah tertentu pada peta.

2.  Atlas
Atlas adalah nama dewa orang Yunani. Dewa ini memegang bumi diatas pundaknya. Selanjutnya nama Atlas digunakan untuk memberi nama kumpulan peta-peta yang dirancang untuk disimpan dalam bentuk jilid (buku) atau dalam keadaan lepas-lepas, tetapi dikumpulkan menjadi satu.
Atlas dapat dibedakan berdasarkan wilayah, tujuan, dan isinya.
A.      Atlas berdasarkan wilayah
1)      Atlas alam semesta, yaitu atlas yang menyajikan gambaran letak dan gerakan dari planet. Misalnya, gambaran peredaran bumi mengelilingi matahari, posisi bulan, gerhana bulan, dan sebagainya.
2)      Atlas dunia, yaitu atlas yang menyajikan gambaran informasi fisik dan hasil-hasilnya dari berbagai negara. Atlas ini juga memberikan gambaran kemajuan pembangunan berbagai negara.
3)      Atlas nasional, yaitu atlas yang menampilkan keterpaduan kondisi geografi fisik dan hasil-hasilnya yang mencirikan suatu negara.
4)      Atlas regional, yaitu atlas yang menyajikan gambaran mengenai aspek geografi dari suatu provinsi.
5)      Atlas kota, yaitu atlas yang menyajikan informasi tentang kondisi geografis suatu kota.

B. Atlas berdasarkan tujuan
1) Atlas referensi, yaitu atlas yang dibuat untuk kepentingan referensi. Atlas ini di desain untuk membantu pengguna dalam menentukan kenampakan-kenampakan geografis atau untuk kepentingan politik (batas negara) dan juga untuk kepentinngan perjalanan serta untuk perencanaan wilayah.
2) Atlas wisata, yaitu atlas yang menunjukkan tempat dan jenis wisata yang ada dalam suatu negara.
3) Atlas pendidikan, yaitu atlas yang di desain untuk keperluan pendidikan. Atlas ini menyajikan informasi tentang persebaran fenomena geografi fisik, seperti relief, iklim, fauna, dan juga memberikan informasi tentang hasil bumi, kepadatan penduduk, persebaran daerah industri, dan sebagainya.

C. Atlas berdasarkan isi
1) Atlas umum, yaitu atlas yang memberikan informasi geografi secara umum. Misalnya atlas pelajar atau atlas dunia.
2) Atlas tematuk, yaitu atlas yang memberikan informasi tentang satu fenomena tertentu. Misalnya, atlas wisata.

Untuk mencari informasi geografi dalam atlas, dapat digunakan komponen atlas yang terdiri atas daftar isi, keterangan, dan indeks.
a. Daftar isi
Daftar isi memuat judul-judul peta dengan disertai halamannya. Daftar isi akan memudahkan pengguna dalam memilih peta yang diinginkan.
b. Keterangan
Atlas dapat memuat berbagai jenis peta baik yang berupa peta tematik maupun peta umum. Keterangan dalam atlas yang dimaksud adalah isi dari atlas tersebut.
c. Indeks
Pada bagian belakang dari atlas terdapat indeks yang berfungsi memudahkan pengguna dalam mencari letak suatu tempat atau objek.
Misalnya, mencari letak kota Sidoarjo. Dalam indeks tertulis sidoarjo 37 E.2. artinya letak kota sidoarjo pada atlas, yaitu halaman 37 kolom E (garis antarbujur) dan baris 2 (garis antarlintang).

3. Globe
Globe adalah model tiruan bola bumi yang memberikan gambaran tentang bentuk bumi sehingga mendekati bentuk yang sebenarnya. Bentuk bumi yang bulat menyerupai bola, dapat dibuktikan dengan hasil pemotretan bola bumi dari ruang angkasa. Bumi mempunyai beberapa dimensi sebagai berikut.
a.       Luas permukaan bumi   : ± 510. 066.000 km2
b.      Luas daratan                      : 148. 326.000 km2
c.       Luas lautan                         : 361. 740.000 km2
d.      Keliling equator                : 40.075 km
e.      Keliling meridian               : 40.007 km
f.        Jari-jari kutub                    : 6. 357 km
g.       Jari-jari equator                                : 6.378 km

Dari berbagai ukuran tersebut diketahui bahwa ukuran bumi ini cukup besar, meskipun jika dibandingkan dengan matahari, bumi dikatakan kecil. Untuk memudahkan dalam pembahasan bumi maka dibuatlah miniatur bumi yang disebut dengan globe. Dalam globe skala dan arah digambarkan secara benar sehingga dapat dipakai untuk berbagai keperluan berikut.
a.       Merencanakan perjalanan jauh, baik lewat udara maupun laut.
b.      Sebagai media pembelajaran, baik dari tingkat SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi.
c.       Menentukan perbedaan waktu dan musim.
d.      Sebagai informasi yang berkaitan dengan arus laut.
Kedudukan globe tidak lurus (tegak), tetapi condong dengan membentuk sudut 661/2° terhadap garis horizontal. Kedudukan ini disesuaikan dengan kemiringan sumbu bumi. Globe memiliki dua jenis garis yang saling berpotongan. Garis yang menghubungkan antara kutub utara dan kutub selatan disebut dengan garis meridian atau garis bujur. Garis yang pararel dan melintang horizontal disebut garis lintang atau garis pararel.
Garis bujur atau meridian dibagi menjadi garis bujur barat dan garis bujur timur. Garis bujur timur membentang dari 0° - 180° ke arah timur (belahan bumi timur), sedangkan garis bujur barat membentang dari 0° - 180° ke arah barat (belahan bumi barat). Letak garis bujur 0° disepakati di kota Greenwich dekat kota London, Inggris. Pembagian garis bujur ini mempengaruhi pembagian waktu di bumi.
Garis lintang dibagi menjadi lintang utara dari 0° – 90° dan lintang selatan juga dari 0° - 90°. Pada lintang 0° merupakan garis equator (khatulistiwa), sedangkan pada 90° merupakan wilayah kutub. Rotasi bumi pada porosnya mempunyai kecepatan yang berbeda antara daerah equator dengan kutub. Semakin kearah kutub, kecepatan edar bumi semakin lambat.
Bumi berputar (360°) dalam waktu 24 jam. Kecepatan peredaran bumi adalah 15° dalam 1 jam. Di equator 1° berkisar 111 km. Jadi, kecepatan edar bumi di equator dalam waktu 1 jam adalah 1.665 km.

B. Membuat sketsa dan peta objek Geografi
1. Sketsa (peta mental/denah)
Adalah peta mental/denah yang dibuat tanpa pengukuran langsung di lapangan dan hanya menggambarkan seperti apa yang ada dalam pikiran. Sketsa atau peta mental sering di jumpai pada kartu undangan pernikahan atau undangan hajatan lain. Biasanya pada kartu tersebut dilampirkan tempat dilangsungkan hajatan pernikahan.
Sketsa merupakan cikal bakal lahirnya ilmu peta yang disebut kartografi. Sebelum ilmu peta berkembang sketsa atau peta mental sering dijadikan sebagai media informasi untuk menunjukkan letak suatu daerah.
2. Peta datar
Dalam peta datar segala bentuk kenampakan yang ada di atas permukaan bumi, seperti gunung, pegunungan, bukit, sungai, laut, selat, danau, kota, jalan, dan sebagainya digambarkan datar atau tidak menunjukkan ketinggian sesuai bentuk nyata. Contohnya pada peta dingding dan Atlas.
Pada peta datar hanya digambarkan ukuran luas yang diperkecil dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Daerah yang luas di gambarkan luas dan yang sempit digambarkan sempit sehingga satu sama lain bisa dibedakan kondisi nyata di lapangan. Untuk memperluas dan memperkecil gambar dalam peta dapat digunakan skala. Tidak semua bentuk objek geografi yang beraneka ragam di lapangan digambarkan sesuai bentuk aslinya.
Prinsip utama yang diperlukan pada saat membuat peta datar adalah simbol dan skala, karena hal tersebut akan mewakili kondisi objek geografi di lapangan sebenarnya. Meskipun demikian, unsur atau komponen peta bukan berarti dilupakan, karena hal itu akan membuat peta lebih mudah dipahami.
3. Peta timbul
Gunung, pantai, perbukitan, dan dataran rendah. Masing-masing kenampakan memiliki ketinggian, bentuk, dan luas yang berbeda-beda. Kenampakan objek geografi tersebut jika digambarkan dalam bentuk peta mental dan peta datar akan ditampilkan dalam bentuk garis, titik, atau simbol tertentu yang mewakilinya. Kita jarang menjumpai kenampakan objek geografi pada peta mental ataupun datar dibuat sesuai dengan bentuk asli yang diperkecil. Untuk mewujudkannya, maka dibuatlah peta timbul. Peta ini berbentuk tiga dimensi dan dibuat sedemikian rupa menyerupai bentuk aslinya dengan perbandingan antar objek dalam peta tersebut juga hampir sama dengan aslinya.
4. Peta tematik
Pada prinsipnya unsur-unsur peta tematik sama dengan peta pada umumnya. Peta tematik tetap harus mempunyai judul, tetapi judulnya khusus. Peta tematik hanya menyajikan tema atau unsur-unsur tertentu saja. Komponen-komponen peta pada umumnya tidak berlaku mutlak untuk peta tematik karena peta tematik memerlukan simbol-simbol khusus sesuai dengan tema peta. Tetapi dipandang dari sudut teori, peta umum dan peta tematik memperlihatkan data-data kualitatif dan kuantitatif. Kadangkala isi peta tematik seperti kenampakan hipsografi, hidrografi, vegetasi, kenampakan buatan manusia, dan data lain ditampilkan tidak selalu mengikuti ketentuan yang berlaku pada peta umum.


c.      Letak dan Nama (Toponimi)
Setiap lokasi di permukaan bumi ini pasti punya nama. Permukaan bumi (topo), seperti gunung, sungai, danau, laut, pulau, benua, teluk, selat, pantai, pasti mempunyai nama masing-masing. Misalnya, Gunung Tangkuban Perahu.
Setiap objek geografi di permukaan bumi memiliki sejarah terbentuknya sesuai dengan daerahnya masing-masing. Nama-nama sungai disetiap daerah di Indonesia ada ciri khas bahasanya. Di daerah Jawa bagian barat yang mayoritas dihuni oleh penduduk suku Sunda, maka penamaan sungai dimulai dengan Ci dari asal kata cai yang artinya air. Contohnya Ciliwung, Citanduy, atau Citarum.

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA



A. Pengertian Masa Pra Aksara
Masa pra aksara atau biasa disebut masa Prasejarah adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara adalah manusia Purba. Pada masa ini kita tidak dapat mengetahui sejarah serta kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia Purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu.
Zaman pra aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal dan menggunakan tulisan disebut zaman aksara atau jaman sejarah.
Zaman pra aksara di Indonesia berlangung sampai abad ke-3 Masehi, jadi pada abad ke-4 Masehi, manusia Indonesia baru mulai mengenal tulisan. Hal ini dapat diketahui dari batu bertulis yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Meskipun prasasti tersebut tidak berangka tahun, tetapi bahasa dan bentuk huruf yang digunakan menunjukkan bahwa prasasti tersebut dibuat kurang lebih tahun 400 Masehi.

B. Perkembangan Kehidupan Masyarakat pada Zaman Pra Aksara
Tabir perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia, dapat diketahui dalam pembabakan zaman pra aksara berdasarkan arkeologi dan ciri kehidupan masyarakat.

1. Pembabakan zaman pra aksara berdasarkan arkeologi
Zaman pra aksara berdasarkan penggalian arkeologi, dapat dibagi menjadi dua zaman sebagai berikut.
a.      Zaman batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode dimana alat-alat kehidupan manusia terbuat dari batu, meskipun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Tetapi pada zaman ini secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dari batu. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut maka zaman batu dibedakan lagi menjadi tiga periode sebagai berikut.
1)      Zaman batu tua (Palaeolithikum)
Zaman batu tua merupakan suatu masa dimana hasil buatan alat-alat dari batunya masih kasar dan belum diasah sehingga bentuknya masih sederhana. Misalnya kapak genggam. Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Ngandong Jawa Timur.
2)      Zaman batu Madya (Mesolithikum)
Zaman batu madya merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih  baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Misalnya Pebble/kapak Sumatera.
3)      Zaman batu muda (Neolithikum)
Zaman batu muda merupakan suatu masa dimana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah di haluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Misalnya, Kapak persegi dan kapak lonjong.
b.      Zaman logam
Dengan dimulainya zaman logam, bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan digunakan secara dominan. Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan yang ada di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami tiga pembagian zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.

2. Pembabakan zaman pra aksara berdasarkan ciri kehidupan masyarakat
Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat di bagi dalam empat babak, yaitu masa berburu dan mengupulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
a.      Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Pada masa ini, kehidupan manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang masih sangat terbatas. Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan tulang. Kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam lingkungan sekitarnya.
1)      Keadaan lingkungan
Kepulauan Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Ada pngaruh iklim dan pengaruh penyebaran hewan, manusia, dan kebudayaan, sebagai akibat pernah bergabungnya Indonesia dengan ke dua Benua tersebut. Tepi pantai, Sungai, danau, atau tempat-tepat yang banyak air dan bahan makanan merupakan tempat tinggal manusia purba. Mereka mendapatkan makanan secara langsung dari alam, tanpa melalui proses baik dalam mengumpulkan sampai pada cara makan.
2)      Keberadaan manusia
Penelitian khusus tentang fosil manusia purba (Palaeoanthropologi) di Indonesia, dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahun 1889-1909, tahun 1931-1941, dan tahun 1952-sekarang.
a)      Penelitian tahap I pada tahun 1889-1909 di lakukan oleh Dr. Eugene Dubois, yang menduga bahwa manusia purba hidupnya pasti di daerah tropis, Dubois menemukan fosil sepotong tulang kobi yang menandakan bahwa pemiliknya berjalan tegak, di Trinil dekat Ngawi. Fosil tersebut adalah Pithecanthropus Erectus. Pada masa ini ditemukan pula fosil manusia Wajak di daerah Kediri Jawa Timur, dan penemuan manusia purba di Kedungtrubus. Seleruh temuan Dubois tentang manusia purba di Indonesia adalah fosil-fosil tengkorak, ruas leher, rahang, gigi, tulang paha, dan tulang kering.
b)      Penelitian taha II antara 1931-1941 dilakukan oleh Ter Haar, Oppenorth, dan Von Koeningswald mereka menemukan tengkorak dan tulang kering Pithecanthropus Soloensis di Ngandong Kabupaten Blora. Juga tahun 1936 Tjokrohandojo menemukan fosil anak-anak di utara Mojokerto. Antara tahun  1936-1941, Von Koeningswald menemukan fosil-fosil rahang, gigi, dan tengkorak di Sangiran Surakarta.
c)      Penelitian tahap III, sebagian besar penemuan di Sangiran, yang menemukan bagian-bagian tubuh Pithecanthropus yang belum pernah di temukan sebelumnya, seperti tulang muka dan dasar tengkorak.
Ada beberapa jenis manusia purba di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
a)      Meganthropus
Meganthropus Palaeojavanicus adalah manusia paling primitif yang pernah ditemukan di Indonesia oleh Von Koeningswald tahun 1936 dan 1941 di formasi Pucangan, Sangiran. Fosil yang ditemukan tersebut berupa rahang manusia purba yang berukuran besar. Dari hasil penelitian di simpulkan bahwa jenis manusia tersebut bertubuh sangat besar. Fragmen rahang bawah lain ditemukan oleh Marks pada tahun 1952 di lapisan terbawah formasi Kabuh.
b)      Pithecanthropus Erectus
Fosil Pithecanthropus adalah fosil manusia yang paling banyak di temukan di Indonesia, yaitu di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Bentuk tubuh Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Tingginya kira-kira 165-180 cm. Fosil Pithecanthropus Erectus saat saling di hubungkan membentuk sebuah kerangka yang mirip kera. Maka Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak.
c)      Homo
Homo Sapiens Wajak I ditemukan dekat  Campurdarat Tulungagung Jawa Timur oleh Van Rietschoten tahun 1889, terdiri atas tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa ruas leher. Temuan tersebut diselidiki pertama kali oleh Dubois. Homo Sapiens Wajak II ditemukan oleh Dubois tahun 1890 di tempat yang sama, terdiri atas fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering.

3)      Teknologi
Teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan bentuk.
Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dari batu sebagai perkakas zaman pra aksara, yaitu kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, proto kapak genggam, dan kapak genggam.
4)      Kehidupan Sosial
Manusia purba semenjak Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dari Wajak, menggantungkan kehidupannya pada kondisi alam. Daerah sekitar tempat tinggalnya harus dapat memberikan persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
Mereka hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dan tumbuhan dan hewan-hewan kecil. Selain itu mereka juga bekerjasama dalam rangka menanggulangi serangan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka. Alat-alat yang dibuat dari batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan bentuk, sesuai dengan perkembangan alam pikiran mereka.

b.      Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk di tinggalkan, jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal ditempat itu.
1)      Keadaan lingkungan
Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial ke empat, terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan terpaksa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula di tanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian, dan biji-bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
2)      Keberadaan manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk di makan.
Di bagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi di pengaruhi oleh unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur lagi yaitu di Nusa Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelanesoid.
3)      Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera. Persebaran alatnya meliputi pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua. Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
4)      Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atau gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya. Mereka membuat lukisan-lukisan di dingding gua yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.

c. Masa bercocok tanam
Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi. Pada masa ini sudah mulai ada usaha bertempat tinggal menetap disuatu perkampungan yang terdiri atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok. Mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang di harapkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
1)      Manusia
Manusia yang hidup pada masa bercocok tanam di Indonesia barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih di pengaruhi oleh komponen Austromelanesoid.
Kelompok manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat memberi makan sejumlah orang yang lebih besar pula. Jumlah anak yang banyak sangat menguntungkan karena mereka dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak pula.

2)      Teknologi
Masa bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan gerabah. Alat yang terbuat dari batu dan biasa di asah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Diantara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.
3)      Kehidupan masyarakat
Masyarakat mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka sudah menunjukkan tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru, yaitu mulai bercocok tanam secara sederhana dan mulai memelihara hewan. Proses perubahan tata kehidupan yang ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan, namun pasti.
Demikian pula dengan tempat tinggal dari yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan dingding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit kepada bentuk yang lebih maju dengan daya tampung yang lebih banyak, untuk menampung keluarga mereka. Gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang memang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga orang banyak, seperti mendirikan rumah dan membersihkan saluran air untuk bercocok tanam. Masyarakat merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan. Oleh karena itu mereka meningkatkan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap binatang-binatang peliharaan. Yang jelas mereka sudah tidak lagi tergantung pada alam. Mereka sudah mengadakan perubahan-perubahan, dengan menganggap sebagai pemilik atas unsur-unsur yang mengelilinginya.
4)      Pemujaan roh nenek moyang
Pemujaan roh leluhur maupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan masyarakat saat itu. Kebiasaan semacam itu lazim disebut animisme dan dinamisme. Sudah mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka. Tradisi mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati. Terutama karena adanya pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

d. Masa perundagian
 Pada masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu menghasilkan bahan makanan sendiri, baik di bidang pertanian maupun peternakan. Pada masa perundagian, semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan. Pada masa ini mulai ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam.
Pada perkembangan berikutnya, perlu dibedakan golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu misalnya terampil dalam membuat rumah kayu, pembuat gerabah, pembuatan benda-benda dari logam perhiasan, dan lain sebagainya.
1)      Penduduk
Manusia yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini dapat diketahui dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, antaralain di Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur. Pada masa perundagian ini perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan pertanian, dan mereka kemudian mulai mengadakan aktivitas perdagangan.

2)      Teknologi
Pada masa perundagian ini, teknologi berkembang sangat pesat, sebagai akibat adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. Dengan beban pekerjaan tertentu, banyak jenis pekerjaan yang mempunyai disiplin tersendiri sehingga semakin beraneka ragam perkembangan teknologi yang terjadi pada masa itu. Termasuk perkembangan perdagangan dan pelayaran. Teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan, nampaknya menyangkut dan melibatkan berbagai bidang yang lain. Saat itu juga sedang berkembang teknologi peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jenis logam yang dibutuhkan oleh manusia.
Di Indonesia berdasarkan temuan-temuan arkeologis, penggunaan logam sudah dimulai beberapa abad sebelum masehi, yaitu penggunaan perunggu dan besi. Secara berangsur-angsur dan bertahap penggunaan kapak batu diganti dengan logam. Namun logam tidak mudah menggeser peranan gerabah yang masih tetap bertahan karena memang tidak semuanya dapat digantikan dengan logam.
3)      Kehidupan sosial budaya
Seni ukir dan seni hias yang diterapkan pada benda-benda megalitik mengalami kemajuan yang pesat. Sedangkan yang sangat menonjol pada masa perundagian ini adalah kepercayaan kepada arwah nenek moyang, karena dipercaya sangat besar pengaruhnya terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus diperhatikan dan di puaskan melalui upacara-upacara. Kehidupan dalam masyarakat masa perundagian adalah hidup yang penuh rasa setia kawan, perasaan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan dari nenek moyang.